Prof. Dr. Nasaruddin dikukuhkan sebagai Guru Besar Ke-2 Teknik Elektro & Komputer UNSYIAH

Jum’at, 12 Juli 2019. Universitas Syiah Kuala kembali mengukuhkan tiga Profesor baru melalui Rapat Senat Terbuka yang dipimpin oleh Ketua Senat Unsyiah Prof. Dr. Said Muhammad, M.A di Gedung AAC Dayan Dawood. Salah satunya adalah Prof. Dr. Nasaruddin, S.T., M.Eng.

Nasaruddin menerima gelar Sarjana Teknik (S.T.) Elektro dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia pada tahun 1997. Kemudian beliau menerima M.Eng dan D.Eng dalam Elektronika dan Informatika, Graduate School of Engineering, Osaka City University, Japan, masing-masing pada tahun 2006 dan 2009. Sejak tahun 1998, dia adalah dosen di Jurusan Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala. Saat ini, Prof. Dr. Nasaruddin, S.T., M.Eng. adalah Ketua Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. Dia telah menerbitkan beberapa makalah di jurnal internasional dan jurnal nasional terakreditasi.

Prof. Dr. Nasaruddin, S.T., M.Eng. merupakan Guru Besar kedua yang dimiliki oleh Jurusan Teknik Elektro dan Komputer setelah Prof. Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc yang dikukuhkan pada tahun 2006 silam. Dalam pengukuhannya hari ini, beliau menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Teknologi Komunikasi Digital: Perkembangan Terkini, Tantangan dan Peluang Riset di Masa Depan”.

Sidang Senat Terbuka Universitas Syiah Kuala Pengukuhan Professor (Jum’at, 12 Juli 2019)

Selain Prof. Dr. Nasaruddin, S.T., M.Eng., hari ini juga turut dikukuhkan dua guru besar lainnya yaitu: Prof. Dr. Drh. Ummu Balqis, M.Si, dan Prof. Dr. Muhammad Dani Supardan, S.T., M. T.

Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng dalam sambutannya mengatakan, pertumbuhan jumlah profesor Unsyiah tahun ini cukup menggembirakan. Paling tidak hingga pertengahan tahun ini Unsyiah telah berhasil menambah lima profesor baru dari berbagai program studi. Maka secara keseluruhan jumlah profesor Unsyiah saat ini berjumlah 65 orang. Meskipun mulai membaik, namun Rektor menilai pertumbuhan jumlah profesor Unsyiah ini masih berkutat di angka 4% dari jumlah dosen secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena adanya penambahan dosen baru di beberapa program studi yang memperbesar faktor pembagi.

“Oleh karena itu, untuk memenuhi target minimal dari Kemenristekdikti, maka sebagai institusi pendidikan tinggi berbasis riset, Unsyiah membutuhkan penambahan sebanyak 95 orang profesor lagi, untuk mencapai persentase 10% jumlah profesor,” ungkap Rektor. Sementara ini, perguruan tinggi yang sudah berhasil memenuhi syarat minimal tersebut masih sangat terbatas, yaitu Institut Pertanian Bogor (17%), Universitas Hasanuddin (15%), Institut Teknologi Bandung (13%), Universitas Gadjah Mada (12%), dan Universitas Indonesia (11%).

“Bagaimanapun, kita tetap optimis bahwa jumlah professor di Unsyiah, insya Allah akan terus bertambah secara signifikan di tahun-tahun mendatang, sehingga segera bisa memenuhi syarat minimal 10% tersebut,” kata Rektor. Rektor juga mengatakan bahwa ketiga profesor yang dikukuhkan hari ini, berpotensi besar untuk memperbaiki peringkat jumlah publikasi ilmiah bereputasi dari Unsyiah, melalui kepakaran yang mereka miliki dan tertuang dalam publikasi di jurnal-jurnal bereputasi. Selain itu, kepakaran mereka diharapkan bisa menyelasaikan masalah bangsa ini.

Misalnya kepakaran Prof. Ummu Balqis, yang merupakan profesor wanita ketujuh di Unsyiah dan pertama di Fakultas Kedokteran Hewan. Kepakarannya dalam bidang patologi sangat dibutuhkan pada bidang peternakan. Mengingat,laju mobilitas manusia di seluruh dunia yang terus meningkat, yang berpotensi memfasilitasi arus penularan penyakit pada hewan, ternak, dan bahkan pada manusia. “Maka ada tantangan besar di bidang kesehatan hewan untuk mendeteksi dan mencegah terjangkitnya penyakit-penyakit yang bersifat zoonosis pada hewan. Kepakaran Prof.Ummu Balqis berpeluang besar untuk berkontribusi secara signifikan dalam menjawab tantangan tersebut,” ucap Rektor.

Begitu pula riset berkesinambungan dari Prof. Muhammad Dani Supardan yang juga memanfaatkan bahan alam sebagai bahan dasar.  Di mana kepakarannya terkait dengan pengembangan proses produksi minyak nabati dan produk turunannya sangatlah penting. Studi ini berdasarkan fakta, bahwa optimalisasi proses produksi minyak nabati di Indonesia masih sangat mungkin dilakukan melalui rekayasa proses produksi. “Maka kepakaran  Prof. Muhammad Dani Supardan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan penguasaan teknologi yang bisa diaplikasikan dalam proses produksi minyak nabati tersebut,” ucap Rektor.

Sementara itu, rektor juga menyebutkan bahwa kepakaran Prof. Nasaruddin, sangat dibutuhkan di era perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat dan dinamis seperti sekarang ini. Seiring datangnya era revolusi industri 4.0, di mana komunikasi nirkabel menjadi salah satu instrumen pendukung utama, maka riset tentang pengembangan teknologi informasi dan komunikasi ini pun menjadi ujung tombak untuk menjawab kebutuhan zaman. “Sejauh ini, riset yang dilakukan oleh Prof. Nasaruddin sangat sejalan untuk perkembangan teknologi ini. Kita berharap kepakaran beliau bisa memberikan kontribusi positif bagi pengembangan teknologi komunikasi di masa depan,” pungkas Rektor.